Postingan

Lokasi Terisolasi, Tempat Paling Nyaman Bagi Suku Dawan (Timor)

Gambar
Rumah merupakan tempat paling baik untuk benar-benar menikmati kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat, tempat berkumpulnya keluarga, dan tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, pemilihan tempat atau lokasi pembuatan rumah pun diperhatikan. Kebanyakan orang memilih membuat rumah di lokasi yang sudah banyak penghuni, selain agar tidak merasa kesepian, ada interaksi sosial setiap hari dengan orang lain. Memang ada yang memilih tinggal menyendiri; di hutan, di kebun dan lain sebagainya. Akan tetapi, keputusan tersebut bukan berarti tanpa alasan. Semua keputusan mengenai pemilihan lokasi pembuatan rumah punya alasan tersendiri. Lokasi t empat tinggal beberapa suku Misalnya Suku Korowai di Papua yang ditemukan pada 35 tahun yang lalu. Mereka membangun rumah di dahan pepohonan yang cukup tinggi. Tujuannya agar terhindar dari binatang buas dan juga gangguan dari roh jahat “laleo” atau iblis yang kejam. Sama halnya dengan Suku Korow

Alu Mama, Simbol Laki-laki Suku Dawan (Timor)

Gambar
Ada banyak aksesori yang digunakan oleh masyarakat Suku Dawan (Timor) di dalam adat. Pada  umumnya, aksesoris perempuan berbeda dengan aksesoris laki-laki. Tentunya, perbedaan-perbedaan aksesoris ini menunjukkan tidak ada aksesori tanpa arti atau makna. Semua yang digunakan sebagai simbol laki-laki atau perempuan. Misalnya masyarakat Papua menggunakan koteka dan rok rumpe, tas noken, kalung dari gigi anjing dan sebagainya memiliki makna tersendiri. Selain itu, ada pakaian adat Jawi Jangkep dari Jawa Tengah dengan berbagai macam aksesorisnya yang digunakan oleh kaum pria. Pada artikel ini, saya akan membahas tentang "Alu Mama", salah satu aksesoris paling penting bagi laki-laki Suku Dawan (Timor). Alu Mama terdiri dari dua kata yaitu Alu dan Mama. Alu berarti tas atau saku tergantung pada percakapan, baju saku atau celana bisa disebut sebagai alu dan tas pun bisa disebut dengan alu. Sementara Mama dari kata Mamat yang berarti sirih, pinang, kapur dan tembakau. Kadang kal

Afiks dan Metatesis dalam Tata Bahasa Dawan (Timor)

Gambar
Penulis: Neno Anderias Salukh Dalam Ilmu Linguistik, afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna gramatikal kata tersebut. Misalnya dalam tata bahasa Indonesia, kata "harap" jika ditambahkan "ber" (afiks) akan berubah menjadi "berharap" dengan makna gramatikal yang berbeda. Afiks lebih familiar ditelinga orang dengan sebutan imbuhan atau bubuhan yang terdiri dari prefiks, infiks, konfiks dan sufiks. Prefiks adalah awalan, sufiks adalah akhiran infiks adalah sisipan dan konfiks gabungan antara prefiks dan sufiks. Afiks dalam Tata Bahasa Dawan tidak sebanyak afiks dalam Tata Bahasa Indonesia tetapi memiliki perbedaan. Dalam Tata Bahasa Dawan, afiks digunakan pada kata kerja (verba) dan juga bergantung pada kata ganti orang yang digunakan. Afiks-afiks tersebut adalah "U", "Ta", "Mu", "Mi", "Na" yang merupakan prefiks dan "Na-an" merupakan konfiks seda

Minum Sopi, Tradisi Suku Dawan (Timor) yang Disalahgunakan

Gambar
Ilustrasi Sopi | baca.co.id Sopi adalah sejenis minuman keras yang dibuat dengan cara menyuling Tuak Nira (Baca: Tuak ). Nira yang dipanaskan dalam periuk tertutup dengan satu lubang lalu disambung menggunakan bambu sebagai pipa penyalur ke dalam wadah. Uap yang dihasilkan oleh nira melalui bambu mengembun menjadi cairan yang dinamakan Sopi. Biasanya, proses penyulingan dilakukan sebanyak tiga kali. Penyulingan pertama, kedua dan ketiga dengan kadar Alkohol yang berbeda-beda. Penyulingan pertama yang dikenal dengan nama "Nakaf Tua" atau "Sopi Kepala" yang memiliki kadar Alkohol lebih tinggi. Istilah yang lebih unik adalah "Bakar Menyala". Istilah ini diberikan oleh sekelompok orang karena katanya “Tua Nakaf” menghasilkan api jika dibakar. Pengakuan lainnya adalah kompilasi yang dikonsumsi, "Tua Nakaf" yang hilang yang hilang masih kompilasi. “Bakar Menyala” Diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh beberapa teman saya di Jurusan Kimia

Mengenal "Mamat", Budaya Suku Dawan (Timor) Makan Sirih Pinang

Gambar
Sirih dan pinang memiliki nilai yang sangat penting dalam sistem sosial orang Dawan "Mamat"  merupakan budaya  Atoin Meto  (Orang Timor) yang berarti makan sirih pinang. Sirih dalam bahasa  Dawan  berarti  "Manus"  dan Pinang dalam bahasa  Dawan  berarti  "Puah" . Dalam masyarakat  Dawan, "Mamat"  adalah salah satu budaya yang dilakukan setiap hari.  Mereka yang sudah ada di tingkat kecanduan yang tinggi, mereka tidak bisa melakukan apa-apa jika tidak ada " Mamat"  bahkan kekurangan " Mamat " diharapkan tidak boleh terjadi. Proses makan sirih pinang adalah mengunyah pinang dan sirih dalam mulut lalu ditambah sedikit kapur sampai menghasilkan liur merah. Pinang dan sirih suka memiliki zat aditif yang berfungsi sebagai penghilang rasa kantuk dan pemberi semangat. Namun, lebih dari itu merupakan sebuah kebersamaan. Biasanya,  Puah   ma Manus (Pinang dan sirih)  digunakan sebagai suguhan bagi tamu

"Moen Lanan ma Fe Lanan", Tradisi Perkawinan Sepupu Suku Dawan (Timor)

Gambar
Moen Lanan ma Fe Lanan  Perkawinan sepupu bisa menyebabkan kemungkinan mendapatkan dua salinan gen yang merugikan. Dalam tradisi perkawinan Suku Dawan (Timor), anak-anak lebih banyak mendengar orang tua dalam urusan penentuan jodoh, bukan hanya sekedar memilih pasangan yang sudah mapan tetapi juga untuk menghindari hal-hal yang dianggap tabu dalam budaya. Pada umumnya, syarat menikah bagi laki-laki Dawan adalah memiliki lumbung jagung dan bisa menenun adalah syarat menikah bagi perempuan Dawan. Namun,  "Moen Lanan ma Fe Lanan"  merupakan syarat yang sejatinya tak kalah penting dalam tahapan perkawinan. Sebagai informasi,  Moen Lanan ma Fe Lanan  dalam beberapa dialeg sub suku seperti Mollo, Miomaffo dan lain-lain menyebutnya sebagai  Moen Lalan ma Fe Lalan.  Begitupun sub suku yang lain tetapi tidak ada perbedaan yang mencolok dalam penyebutannya. Dalam artikel ini, saya menulis istilah-istilah Dawan dalam dialeg Amanuban, tempat saya dilahirkan dan dibesa

SUARA DIBALIK SEBUAH BATU NISAN

DI BALIK BATU NISAN INI AKU MENANGIS Air mataku menetes bagaikan tetesan embun Tak pernah habi membasahi lesung kecil pipiku Melihat mereka membunuh hukum DI BALIK BATU NISAN INI AKU INGIN HIDUP KEMBALI Membela yang benar Menegakan Keadilan Menghidupkan hukum yang sudah mati DI BALIK BATU NISAN INI AKU INGIN BERCERITA Aku ada disini karena Hukum Aku di hukum berbeda dengan yang lain Aku dibalik nisan tetapi yang lain dibalik jeruji besi DI BALIK BATU NISAN INI AKU INGIN BERTANYA Kenapa harus aku yang ada di sini? Mungkinkah mencoba menjual selembar ganja untuk penuhi istri anak lebih kejam dari mencoba membunuh bangsa dengan ideologinya? Mungkinkah mencoba menjual selembar ganja untuk penuhi istri anak lebih kejam dari membunuh rakyat secara perlahan dengan mencuri uang rakyat? DI BALIK BATU NISAN INI AKU MENGHARAPKAN SEBUAH KEADILAN Pembunuh generasi muda, Pembunuh Ideologi Bangsa dan Pembunuh Rakyat Harus punya tempat yang sama Diba