Mengenal "Mamat", Budaya Suku Dawan (Timor) Makan Sirih Pinang
Sirih dan pinang memiliki nilai yang sangat penting dalam sistem sosial orang Dawan
"Mamat" merupakan budaya Atoin Meto (Orang Timor) yang berarti makan sirih pinang. Sirih dalam bahasa Dawan berarti "Manus" dan Pinang dalam bahasa Dawan berarti "Puah" . Dalam masyarakat Dawan, "Mamat" adalah salah satu budaya yang dilakukan setiap hari.
Mereka yang sudah ada di tingkat kecanduan yang tinggi, mereka tidak bisa melakukan apa-apa jika tidak ada " Mamat" bahkan kekurangan " Mamat " diharapkan tidak boleh terjadi.
Proses makan sirih pinang adalah mengunyah pinang dan sirih dalam mulut lalu ditambah sedikit kapur sampai menghasilkan liur merah. Pinang dan sirih suka memiliki zat aditif yang berfungsi sebagai penghilang rasa kantuk dan pemberi semangat. Namun, lebih dari itu merupakan sebuah kebersamaan.
Biasanya, Puah ma Manus (Pinang dan sirih) digunakan sebagai suguhan bagi tamu yang dilakukan pada awal pertemuan. Uniknya, Puah ma Manus sebagian besar menjadi pemicu percakapan antara dua orang atau lebih karena hal pertama yang dibicarakan dalam pertemuan adalah "Mamat" . Sebelum masuk ke dalam inti pertemuan, masalah Mamat harus disetujui terlebih dahulu. Proses penyelesaian ini dilakukan di upacara-upacara adat dan pertemuan-pertemuan lainnya.
Singkat cerita, Puah ma Manus menjadi bahan pemersatu dan bahan memulai komunikasi. Ada hal yang unik, sebagian besar orang menyukai Mamat , jika dia selalu memberi tahu Pua ma Manus atau melakukan Mamat bersama dengan orang lain maka orang tersebut baik hati tetapi jika ia tidak melakukan itu maka ia meminta kikir. Bagi masyarakat Dawan, minum kopi atau teh adalah masalah kedua. Masalah pertama adalah Mamat .
Menerima Puah ma Manus setiap orang bukan berarti karena dalam pertemuan Puah ma Manus tidak berarti. Kedua belah pihak akan merasa menentang karena masalah hati tadi. Ternyata Puah ma Manus lebih penting dari segelas kopi dan nasi sepiring.
Dalam urutan prioritas, Puah ma Manus ada pada nomor satu. Intinya " Mamat " adalah kebersamaan " Atoin Meto ". Makna inilah yang melahirkan pawan Dawan Kuno:
"Em het Mamam talon Fatu mese, fatun teobanit lo nuakit" Yang Berarti Em het (Sebuah ajakan) Mam (Mamat Berasal Dari kata dasar dasar Mam) pagi (Sebuah kata sambung Yang biasanya Ditulis gabung dengan kata kerja) talon (Buang air liur) dari (batu) mese (satu) fatun (batu ditambah n karena masalah ini tenses yang mudah-meminta saya bahas di lain waktu, hehehe) teobanit (jatuh / terbalik) lo (kata sambung yang penegakan penegasan) nuakit (kita berdua). Jadi, mari kita makan sirih pinang dan buang liur pada batu yang sama, jika batu jatuh atau terbalik tetap kita berdua.
Nah, Puah ma Manus juga tidak terlepas dari Alu Mama dan Oko Mama . Alu Mama (Tas sirih pinang) adalah tempat menyimpan sirih pinang yang dibuat dari kain tenunan. Biasanya, laki-laki yang menggunakan Alu Mama .
Sementara Oko Mama merupakan tempat memberi sirih pinang kepada orang lain yang terdiri atas dua macam, yang terdiri dari tabung dan kotak. Tabung Biasanya digunakan oleh laki-laki dan Kotak Biasanya digunakan oleh perempuan.
Tabung dibuat dari Bambu kemudian dibuat (dikenal dengan nama " Tiba ") dan bisa juga dibuat dari anyaman daun lontar kemudian diberi motif menggunakan pewarna pada daun lontar, dibungkus dengan kain tenunan atau menggunakan muti (dikenal dengan Ok Tuke ).
Sementara Kotak ada dua jenis ukuran besar dan kecil dibuat dari anyaman Daun Lontar yang diberi motif sama seperti Ok Tuke . Penggunaan ukuran besar atau kecil tergantung pada kondisi atau kebutuhan.
Kesimpulannya, makan sirih pinang adalah budaya Atoin Meto sebagai kebersamaan yang harus terus dipupuk dan dipelihara.
Salam!
Mauleum, 27 Februari 2019
Neno Anderias Salukh
Komentar