Bapak & Orang-orang yang Tuhan Hadirkan


Bulan September 2021, Melanoma Malignant yang tumbuh di bagian telapak kaki bapak perlahan mengalahkan bapak. Padahal, sebelumnya, bapak masih bisa berkebun, berjualan sirih, menjadi jubir di acara-acara adat karena bapak masih lebih kuat dari penyakit paling buruk itu.

Waktu itu, bapak memilih untuk tidak ke Rumah Sakit lagi dengan alasan tidak ingin menyusahkan kami, anak-anak. Kakak-kakak sudah berkeluarga, punya suami, istri dan anak dengan beban tanggung jawab yang tentunya lebih besar.

Dari 6 orang bersaudara, hanya saya yang belum berkeluarga tetapi saya punya tanggung jawab harus mengerjakan apa yang selama ini beta doakan, pulang kampung dan sebagainya.

Bapak memilih mati daripada cucu-cucunya ditinggalkan karena harus urus dia, bapak memilih saya tetap di kampung daripada harus tinggalkan kampung dalam waktu yang lama, tinggalkan O'of Tilun yang saya wujudkan bersama bapak untuk mengurus bapak, menimbulkan dilema dalam diri bapak. Karena pilihan pengobatan hanya bisa dilakukan di RS WZ YOHANES Kupang.

Dalam diskusi keluarga, kami memutuskan bahwa harus ada yang berkorban, dan ada yang harus dikorbankan. Akhirnya, saya memilih opsi itu. Pilihan saya waktu itu tidak disetujui oleh bapak tapi saya yakinkan bapak untuk berobat di RSUD WZ YOHANES Kupang karena kami tidak tega melihat bapak menderita.

Seminggu sebelum keberangkatan, ditengah pergulatan pikiran untuk mengorbankan sesuatu demi merawat bapak, saya meminta mama dan Kaka Nona menyimpan semua pakaian saya di ransel. Sambil meminta perawat desa, Kak Anto Tanaem untuk membantu mengurus surat rujukan dari Puskesmas Kuanfatu ke RSUD Kabupaten TTS di Soe.

Tanggal 5 Oktober 2021, saya memutuskan untuk berangkat ke Kupang. Sesuai dengan prosedur rumah sakit, kami harus singgah mengambil rujukan dari RSUD Soe. Bersama dengan ponakan saya Bobi Henukh, sepupu saya Viksen Snae dan teman saya, Siska Kilala berangkat ke Soe bersama Ambulance yang jemput di rumah.

Tiba di Soe, kami dipaksa oleh waktu untuk bermalam, banyak keluarga Soe yang di tengah kesibukan mereka menyempatkan waktu untuk menjenguk bapak di RS dengan membawa makanan dan minuman untuk kami. Mereka adalah sepupu, ponakan dan keluarga dekat kami yang sangat menyayangi bapak.

Keesokkan harinya, keluarga masih menemani kami untuk proses rujuk ke Kupang. Saya, Bobi dan Viksen memutuskan untuk sama-sama ke Kupang karena saya harus bawa motor ke Kupang. Bobi dan Viksen mengendarai motor saya sedangkan saya dengan bapak menumpang travel Soe Kupang.

Ketika turun di Oesapa, Kupang, di tengah beban pikiran yang kacau, tas kami tertinggal di dalam mobil sementara nomor handphone Sopir pun saya tidak simpan. Saya hanya mengingat salah satu penumpang yang turun di Noelbaki sempat meminta nomor Hp-nya Sopir travel tersebut.

Dengan cepat, kami (saya dan kakak saya di Kupang) ke Noelbaki untuk mengambil nomor telepon dan menelpon sopir sehingga sopir kembali untuk mengantar ransel yang tertinggal.

Pengobatan Di RSUD WZ YOHANES Kupang

Setiap harinya kami mengendarai motor Revo, motor yang dibeli oleh saya dan bapak. Waktu saya masih menjadi mahasiswa di semester 8, bapak tambah uang untuk beasiswa yang saya dapat supaya kredit motor.

Di rumah sakit, saya masih mengalami kebingungan karena prosedur pasien rujukan yang masih sangat birokratif apalagi status bapak di RSUD WZ YOHANES Kupang adalah pasien aktif. Meski demikian, Tuhan benar-benar baik bagi saya dan bapak, semua proses berjalan lancar.

Awalnya kami menginap di kosan kakak saya tetapi akhirnya dengan berbagai pertimbangan, saya dengan bapak harus mencari kosan yang lebih mudah menjangkau RSUD WZ YOHANES dan juga yang nyaman bagi bapak yang menderita penyakit tersebut.

Di tengah proses itu, luka kanker yang bapak derita semakin menahun. Cairan yang keluar semakin banyak. Perawatan dilakukan setiap hari di RS pun tidak menghentikan cairan tersebut. Sementara proses untuk operasi tak semudah membalik telapak tangan karena harus melalui berbagai proses medis.

Karena pembersihan luka yang harus dilakukan adalah 2 kali sehari maka saya meminta perawat di RS untuk mengajari saya merawat luka yang dengan benar dan steril. Akhirnya saya yang merawat luka itu setiap hari hingga bapak menjalani proses penyembuhan luka operasi pun saya bisa merawatnya dengan baik.

Banyak keluarga dan teman yang mengatakan bahwa saya sepertinya salah jurusan waktu kuliah karena skill saya dalam merawat luka sebesar ukuran luka bapak terbilang profesional seperti perawat-perawat senior 😁 Tetapi saya mau bilang bahwa kondisi dan lingkungan seringkali memaksa kita untuk melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan.

Singkat cerita, kami melalui semua proses medis dan bapak harus masuk ke ruang rawat inap untuk proses selanjutnya. Bapak kekurangan banyak zat dalam tubuh sehingga proses penormalan membutuhkan waktu 3 Minggu. Masa dimana saya menjadikan rumah sakit seperti rumah sendiri karena total waktu yang kami habiskan di RS adalah 1 bulan (ditambah dengan waktu operasi dan pemulihan).

Di ruang kelas 3, ruang Kelimutu, saya sudah dikenal dengan baik oleh perawat-perawat ruangan karena kami yang paling lama rawat inap di ruangan tersebut. Suatu saat, salah satu perawat bercanda dengan saya, dia bilang jika disini ada pemilihan RT, saya pilih Kaka jadi RT karena kakak yang paling senior di ruangan ini😁

Di RS, saya menemui banyak orang yang menolong kami. Di kosan kami, Kos 3 Putera, banyak yang datang menolong kami. Lewat telepon dan SMS banyak yang mendukung kami. Tuhan hadir melalui orang-orang yang kami temui. Penderitaan bapak membawa kami ke dalam sebuah pengalaman iman yang menakjubkan bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatu dalam hidup anda.

Saya dengan bapak beberapa kali bercerita dan tersenyum karena Tuhan menghadirkan orang-orang yang tidak kami kenal, Tuhan menghadirkan orang-orang yang tidak memiliki hubungan darah dengan dengan kami untuk menolong kami di tengah perjuangan di rumah sakit.

Orang-orang yang selama ini saya temui dalam pelayanan saya di Perkantas, pelayanan saya di bidang pendidikan, terutama pelayanan saya di Oebo adalah orang-orang yang selalu menyebut saya dan bapak dalam doa mereka.

Keluarga-keluarga saya yang mendukung dengan cara masing-masing, materi, doa yang tak pernah lepas, kunjungan yang tak pernah henti, senyuman yang menguatkan adalah orang-orang yang Tuhan sediakan dalam keluarga untuk ada bersama kami di tengah pergumulan hidup kami.

Setelah bapak pergi, kembali kepada pangkuan yang Maha Kuasa. Saya melihat kehidupan dengan cara pandang yang yang berbeda. Berbagai pengalaman iman yang saya sebut menakjubkan itu sangat mendewasakan hati pikiran saya dalam melayani Tuhan dengan cara yang Tuhan karuniakan dalam diri saya.

πŸ™πŸ™πŸ™

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Kua Tuaf - Sius Otu

Afiks dan Metatesis dalam Tata Bahasa Dawan (Timor)

Alu Mama, Simbol Laki-laki Suku Dawan (Timor)